Selasa, 06 Desember 2011

Dear John


Aku sangat menyukai novel-novel karangan Nicholas Spark, buat aku, ceritanya berbeda dari cerita yang dibuat pengarang yang lain, pertama setting tempat yang digunakan selalu menggambarkan keindahan wilayah tersebut dan dituturkan sedemikian rupa indahnya sehingga seolah-olah aku turut berada disana, kedua, penuturan tentang kisah cinta yang disampaikan, selalu berkelas, tidak norak atau kampungan, walaupun tokoh yang diceritakannya adalah orang desa atau orang pegunungan dan ketiga, pada beberapa novel yang aku baca dari Nicholas Spark, ia belajar banyak tentang ilmu kedokteran, sehingga ada pelajaran baru yang aku dapat dari membaca karyanya.
Novel “Dear John” sudah cukup lama aku beli, mungkin ada 1-2 bulan yang lalu, aku jarang membeli buku atau novel setelah menikah, jadi aku sangat selektif memilih buku bacaan karena selain harganya mahal, untuk apa aku menyimpan buku yang kurang bermutu untuk diturunkan ke anak cucu nanti. Jadi, saat berniat membaca novel ini, novel ini masih dalam keadaan terbungkus plastik. Novel ini akhirnya bisa kuselesaikan dalam 2 hari saat merenungi sakit gigiku akibat operasi cabut geraham yang kuceritakan sebelumnya.
“Dear John” demikian surat itu dimulai. Dan dari dua kata itu, ada hati yang patah dan dua anak manusia yang hidupnya berubah selamanya. Dear John dimulai dengan narasi John Tyree, seorang pemuda pemberontak tentang masa kecilnya, terutama tentang hubungannya dengan sang ayah. Dengan alur maju, narasi itu terus bergulir hingga ia duduk di bangku kuliah. Namun, John tetap merasa pencarian dan tujuan hidupnya belum tercapai, terlebih karena keputusan kuliah didasarkan pada dorongan ayahnya. Hingga pada suatu klimaks, John memilih meninggalkan bangku kuliah, dan bergabung dalam dinas militer Amaerika Serikat karena tidak mempunyai tujuan hidup yang lain. Ia kemudian ditempatkan di Jerman, dan hanya mendapat beberapa waktu saja untuk berlibur di tempat asal.
Namun, saat itulah kisah sesungguhnya dalam Dear John bermula. Dalam suatu liburan, John bertemu dengan Savannah Curtis. Suatu kebetulan yang bersambungan dengan kebetulan-kebetulan lain, membuat John dan Savannah semakin akrab dari waktu ke waktu. Hal-hal yang sebelum tidak terpikirkan, tidak mungkin dilakukan, ternyata dapat menambah kedekatan antara John dan Savannah. Setidaknya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin tali kasih. ubungan yang awalnya hanya percintaan musim panas berubah menjadi cinta abadi, membuat Savannah rela menunggu John menyelesaikan penugasannya yang berjanji akan pulang dan menikahinya. Tapi tak satu pun menyangka akan terjadi peristiwa 9/11 di New York yang mengubah dunia dan cinta mereka. Pada saat itu, sebagai tentara, John harus memilih antara cintanya pada kekasih atau negaranya. ketika akhirnya pulang ke kampung halaman, John harus menghadapi kenyataan pahit dan menyadari bahwa cinta ternyata bisa mengubah manusia dengan cara yang tak pernah bisa dia bayangkan sebelumnya.
Novel ini seperti yang sudah diceritakan pada sinopsis di bagian akhir buku, membuat pembaca sudah cukup dapat menebak bagaimana akhir dari hubungan percintaan keduanya, namun Nicholas berhasil mengemas percintaan klasik antara John dan Savannah dengan lebih lembut dan manis, yang kemudian juga membuat produsen sinematografi mengangkatnya ke layar lebar, seperti The Notebook (2004) dan A Walk to Remember (2002).
Novel ini mengajarkan beberapa hal yang menarik mengenai hubungan antar sesama, bukan hanya ujian dari hubungan cinta jarak jauh bertahun-tahun antara John dan Savannah, yang hanya dilalui dengan surat, email dan telpon dalam situasi sulit saat perang. Namun juga seperti yang sudah kuungkapkan diatas, Nicholas belajar banyak hal tentang ilmu kedokteran, John belajar dari Savannah untuk mengenal ayahnya sendiri. Tuan Tyree diduga menderita penyakit sindrom Aspeger, yang tidak pernah disadari sebelumnya oleh John sendiri. Walau semula hal ini membuat John marah, namun ternyata benar apa yang diungkapkan Savannah dan hal ini membuat John lebih peduli dan memperhatikan ayah yang telah membesarkan dia seorang diri.
Ujian perang, dimana semestinya setelah 2 tahun mereka terpisahkan oleh jarak, John kembali pulang dan keluar dari Angkatan Darat, namun tidak kembalinya John membuat Savannah akhirnya menikah dengan teman sepermainannya, Tim, yang mempunyai seorang adik bernama Alan, yang menderita Autis. setelah menikah dengan Tim, praktis Savannah ikut membantu mengurusi Alan, sambil membuka terapi khusus anak autis di akhir pekan dengan berkuda. Suatu hari, Tim jatuh sakit akibat penyakit Melanoma, dan ada nya sel kanker di paru-parunya. Tentu saja ini membuat Savannah terpukul,  sehingga dia bekerja lebih keras. Tim harus dioperasi, dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tim yang sakit parah dan John hadir sebagai ‘the invisible guardian angel’ bagi Savannah.
Beberapa hal yang menjadi perenungan tersendiri bagiku. Pertama, soal hubungan ayah dan anak. Hubungan keduanya seolah-olah hambar alias sepi dari ungkapan rasa sayang terhadap satu sama lain sejak awal, walau Tuan Tyree memang berusaha keras mencintai dan membesarkan John dengan caranya, sejak Ny Tyree meninggalkan mereka berdua, yang diduga oleh John, kepergian ibunya  kemungkinan disebabkan oleh rasa frustrasi Ny Tyree menghadapi suaminya, yang ternyata mengidap penyakit Aspeger (mungkin tidak disadari oleh Ny Tyree bahwa itu sebuah sindrom atau penyakit.) Padahal, keduanya,  John dan ayahnya, entah dalam bentuk apapun mengungkapkan rasa sayang yang mungkin sulit dimengerti satu sama lain. Ini juga yang kadang membuat salah pengertian di antara mereka berdua.
Kedua, cerita ini juga mengungkapkan bahwa cinta akan mengorbankan segala sesuatu untuk kebahagiaan kekasih sejatinya, termasuk mengorbankan kebahagiaan diri John sendiri untuk tidak menikahi Savannah, tapi menginginkan Savannah hidup berbahagia. Seperti kutipan paragraf berikut ini:

Aku menjual koleksi koin ayahku karena akhirnya aku mengerti apa sebenarnya arti cinta sejati. Tim sudah mengatakan padaku—dan menunjukkan padaku—bahwa cinta sejati berarti kau mendahulukan kebahagiaan orang yang kaucintai daripada kebahagiaanmu sendiri, tak peduli betapa menyakitkan pilihan yang mungkin harus kauhadapi. Aku meninggalkan kamar rumah sakit Tim dengan kesadaran bahwa dia benar. Tapi melakukan hal yang benar tidaklah mudah. Akhir-akhir ini, aku menjalani hidup dengan perasaan bahwa sesuatu yang aku butuhkan untuk membuat hidupku lengkap telah hilang. Aku tahu bahwa perasaanku pada Savannah tidak akan pernah berubah, dan aku tahu aku akan selalu mempertanyakan pilihan yang kubuat.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Note of mind © 2011 -- Template created by Rian alvino prasetio --